Tampilkan postingan dengan label Iptek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Iptek. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 November 2016

PENGGING, Boyolali, Jawa Tengah

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengging

Pengging adalah nama kuna untuk suatu wilayah yang sekarang terletak di antara Solo dan Yogya (kira-kira mencakup wilayah Boyolali dan Klaten serta mungkin Salatiga). Pusatnya sekarang diperkirakan terletak di Banyudono, Boyolali. Di Desa Dukuh, Banyudono sekarang dibangun kawasan wisata berupa pemandian yang ramai dikunjungi orang untuk melakukan ritual bersih diri, karena terdapat mata air (umbul) yang dianggap suci. Di dekat tempat pemandian ini juga terdapat makam pujangga Sastra Jawa Baru yang terkemuka, Yasadipura I.

Nama Pengging disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan komplek Candi Prambanan. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan penyebaran agama Islam di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng Pengging. Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak. Kalangan sejarah di Jawa banyak yang menganggap bahwa Pengging adalah cikal-bakal Kerajaan Pajang, kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa setelah Kesultanan Demak runtuh.

Semenjak berkembangnya Kesultanan Mataram dan masa-masa selanjutnya, wilayah Pengging kehilangan kepentingannya dan pusat pemerintahannya berangsur-angsur menjadi tempat untuk pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus Mataram. Pengelolaan situs sejarah ini pada masa kolonial dilakukan oleh pihak Kasunanan Surakarta dan sekarang tanggung jawab berada di tangan Pemerintah Kabupaten Boyolali.


KERATON PENGGING

Pemilihan letak Kraton Pengging tidak lepas dari upaya memanfaatkan potensi air disekitar keraton karena bagi ajaran Hindu disebut air disebut dengan “tirtha amrta” yaitu sebagai pembersih pencuci dan juga sebagai unsur pertumbuhan kehidupan masa mendatang ( Nawawi : 1990), mata air yang terdapat disekitar situs keraton Pengging oleh masyarakat Hindu dipandang sebagai tempat “tirtha amrta” , maka tidak mustahil banyak bangunan Hinduistik selalu berdekatan dengan sumber air.

Disekitar situs ini ditemukan berbagai artefak antara lain tiga buah Yoni serta reruntuhan batu bata di pemakaman umum dukuh Bodean, bahkan Knebel pernah melaporkan bahwa di Bantulan kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali dekat perkebunan tembakau terdapat empat buah arca ganeca, sebuah arca Padmapani, sebuah arca Nandi, sebuah Yoni, sebuah saluran air dan sebuah Makara ( Nawawi : 1990).

Wilayah Pengging mengandung akuifer produktif dengan persebaran yang luas. Akuifer ini mempunyai keterusan sedang dengan muka air tanah yang dangkal (Djaeni : 1982) hingga dipastikan bahwa sejak dahulu kerajaan Pengging meletakkan pertanian sebagai andalan kehidupan masyarakat , mengingat ketersediaan air diwilayah Pengging yang selalu melimpah dan terjadi sebelum masa interaksi budaya Pengging berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembentukan fragipan yang dijadikan landasan bagi struktur bangunan ( Sunarto : 1991 ). Struktur bangunan kuno itu dibangun diatas batu padas yang biasa disebut fragipan. Batu padas ini terbentuk karena dua sebab, sebab yang pertama padas tersebut terbentuk selama proses pembentukan tanah atau warisan suatu siklus pelapukan menjadi bahan induk yang sekarang ada. Sebab yang kedua padas itu terbentuk akibat pengolahan tanah terhadap penetrasi air atau dalamnya persebaran akar Vegetasi (Isa Darmawijaya : 1990 ). Proses ini berlangsung secara terus menerus menyebabkan timbulnya padas. Hasil analisis Palinologi menunjukkan teridentifikasi adanya serbuk padi didalam tanah padas tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan masyarakat Pengging dahulu menitik beratkan pada sektor pertanian dalam waktu yang relatif lama dan berlangsung terus menerus ( Sunarto : 1990 ).

Hasil penelitian Hidrogeomorfologi menunjukkan bahwa erat kaitan antara fragipan dengan bangunan kuno karena bangunan kuno di Pengging diletakkan diatas fragipan maka kemungkinan juga keraton Pengging yang sudah hancur ini masih terpendam pada fragipan seperti halnya struktur bangunan kuno yang pernah ditemukan pada makam Bodean. Jika demikian kemungkinan besar lokasi keraton Pengging berada diantara makam Bodean dan umbul Kendat seperti yang disebut sebut pada Babad Jaka Tingkir bahwa makam adik ratu Pembayun isteri raja Pengging Handayaningrat yang bernama ratu Masrara atau rara Kendat dimakamkan berada sebelah timur kedaton Pengging ( Moelyono Sastronaryatmo : 1981 ) Nama Pengging itu sendiri disebutkan dalam kitab Negara Kretagama pada Pupuh XVII bait 10. Dilokalisir dikawasan sebelah barat delta Brantas yaitu daerah hulu bengawan Solo (Abdul Choliq Nawawi : 1990 ).

Berdasarkan keyakinan masyarakat, kerajaan Pengging ini dibangun oleh Prabu Aji Pamasa atau Kusumowicitro dari Kediri pada tahun 901 Caka sekitar tahun 979 Masehi ( Andjar Any : 1979) namun keterangan ini belum dapat dijadikan landasan sejarah kerajaan Pengging, mengingat kerajaan Kediri itu sendiri baru berdiri pada abad 11. Berdasartkan publikasi van Bemmelen (1956) dalam Verhandelingen van het Koninklijk Nederland Geologie Mijnbouw Genootschap, v. XVI, p. 20-36. Ada satu prasasti berangka tahun 1041 M tentang maklumat Erlangga di tempat pertapaannya di Jawa Timur dan prasasti ini memuat tentang kerusakan kerajaan (Mataram Hindu di Jawa Tengah) pada tahun 928 Syaka (+ 78 = 1006 M ). Dari angka tahun prasasti Kalkuta tersebut menunjukkan bahwa kerajaan Kediri belum berdiri, karena kerajaan Kediri muncul setelah kerajaan Kahuripan pecah menjadi dua yaitu Jenggala dan Kediri atas bantuan empu Bharadah.

Dari persebaran artefak yang ditemukan disekitar situs Pengging ditemukan fragmen piring dari dinasti T’ang ( 618 – 906 M ) dan fragmen mangkok cina tipe Yueh ( 906 -960 M). Serta fragmen lain yang dibuat pada masa dinasti Sung ( 960 – 1279 M ) Jika dilihat dari persebaran fragmen keramik ini dapat dipastikan bahwa komunitas sosial budaya masyarakat Pengging sejalan dengan kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Mataram Hindu yang didirikan oleh wangsa Sanjaya pada tahun 654 Caka (732 M ). Bukti lain bahwa Kerajaan Pengging satu jaman dengan Mataram Hindu yaitu terdapat sisa sisa bangunan monumental berupa candi-candi disekitar wilayah Pengging. N.J. Krom pernah melaporkan tentang temuan bangunan candi disekitar wilayah Pengging antara lain candi Krikil dan candi lor di kecamatan Selo candi ini seusia dengan candi Sewu dekat Prambanan. Selanjutnya NJ. Krom juga melaporkan adanya candi Lembu dan candi Peta sekitar dua kilometer sebelah utara candi krikil, sedangkan desa Canden merupakan suatu kompleks percandian dimasa lalu ( Nawawi : 1990 ), maka dapat diperkirakan kurun waktunya sekitar abad IX – X Masehi. Namun budaya pembuatan bangunan monumental ini berhenti setelah kerajaan Matam Hindu pindah ke Jawa Timur Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur pada abad ke 10, menurut van Bemmelen (1956) ada dua sebab : (1) sedimentasi pelabuhan Mataram Hindu di Bergota - Semarang sekarang, dan (2) erupsi besar (volcanic calamity) Merapi di sekitar 928 Caka ( 1006 M ). Menurut van Bemmelen, Merapi telah menyebabkan "death-blow" kepada Mataram Hindu, memunahkan peradabannya yang jaya. Inskripsi (tulisan) di Prasasti Kalkuta menggunakan kata Sanskerta "arnawa" yang digunakan untuk menggambarkan suatu bencana, banjir besar volcanic mud flows (lahar) (van Labberton, 1922 - Natuurk. Tijdschr. V. Nederland Indie, vol. 81). Kata Prof. C.C. Berg, epigraf dan sejarahwan, "arnawa" atau "ekarnawa" artinya Lautan Susu. Mitologi Hindu menyebutkan bahwa lautan susu ini diaduk oleh para dewa pada awal zaman untuk keabadian. Inskripsi di prasasti berbunyi "Jawa seperti sebuah lautan susu" - Jawa dalam keadaan chaos ! Dari chaos itu timbullah keabadian. Begitulah yang dituliskan Erlangga pada 1041 M. Raja-raja Jawa percaya mati dan lahirnya raja baru selalu disertai letusan gunung api yang hebat Inskripsi di Prasasti Kalkuta menceritakan : orang hidup senang seperti di Negeri Indra (Indra = gunung) sampai akhirnya "Mahapralaya" menimpa Jawa, kraton hancur dan kerajaan pun mati. Hanya Erlangga yang dapat melarikan diri bersama seorang teman ke Pegunungan Selatan, di sana hidup sekian tahun lamanya sebagai pertapa, sebelum akhirnya mereka pergi ke Jawa Timur dan mendirikan kerajaan di sana. Walaupun Kerajaan Mataram hancur dan berpindah ke Jawa Timur namun uniknya komunitas kehidupan masyarakat Pengging tidak terpengaruh, Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa wilayah Pengging aman dari letusan gunung Merapi (Sunarto : 1990) hanya saja budaya monumental yaitu pembuatan bangunan bangunan Hindu dari batu besar mulai ditinggalkan. Dan digantikan bangunan tanah liat berupa batu bata, hal ini dapat dibuktikan dengan masih adanya sisa-sisa batu bata ukuran besar disekitar makam Bodean

KEHIDUPAN POLITIK

Secara politik kerajaan Pengging ini belum dapat dipastikan apakah merupakan vasal (raja bawahan) dari kerajaan Mataram Kuno atau mungkin juga merupakan bumi perdikan yang lepas dari kerajaan Mataram Kuno. mengingat prasasti yang menerangkan kerajaan Pengging belum ditemukan, satu-satunya bukti tertulis hanyalah prasasti pengging yang dikeluarkan pada tahun 819 oleh Rakarayan i Garung bersamaan dengan Smarattungga berkuasa di Mataram. Pada Prasasti Pengging yang berangka tahun 819 M hanya menyebutkan adanya pendirian bangunan suci agama siwa dan tanah itu diberikan pada masyarakat setempat untuk dijaga sebaik mungkin, kemungkinan besar bangunan yang dimaksud adalah sebuah candi Hindu mengingat didaerah Pengging banyak terdapat Yoni yang bertebaran diberbagai tempat belum lagi banyaknya arca arca siwa yang telah hilang

Pada waktu itu telah ada konsep Otonomi kekuasaan walaupun memunculkan Ketegangan politik karena benturan kepentingan pusat dan daerah sering timbul. Itu pula yang pernah terjadi. Di Jawa, lebih sepuluh abad silam populasi penduduk terbatas, wilayah berpenduduk terisolasi dan juga sulit komunikasi. Penyelenggaraan kekuasaan yang terpusat atas beberapa wilayah susah terselenggara. Penguasa masa lalu hanya dapat mempertahankan kekuasaannya dengan tiga jurus sakti. Pertama pemberian otonomi luas, kekayaan, martabat dan juga perlindungan. Kedua memelihara kultus kebesaran mengenai diri dan istananya. Ketiga memiliki militer yang kuat. Tidak ada bentuk negara dengan kekuasaan mutlak dan kekuasaan tunggal waktu itu. Kerajaan terdiri dari daerah-daerah otonom yang diperintah oleh para rakai atau rakryan. Mereka adalah penguasa di daerah yang mempunyai otonomi cukup luas. Umumnya masih merupakan garis keturunan Sri Maharaja baik melalui garis darah maupun melalui perkawinan. ( Sarjiyanto : 2003 ) dan Pengging tampaknya merupakan bagian dari wilayah yang memiliki otonomi yang dimaksud.

Jika Pengging sebagai daerah otonomi, dimana letaknya? Sementara pusat ibukota Mataram Kuna baru dikenal dari namanya yaitu Medang i bhumi Mataram i Poh pitu, i Mamrati dan i Watugaluh. Seorang rakai sering memiliki sejumlah wanua atau komunitas desa dan senantiasa berusaha meningkatkan prestise dengan memperbanyak bangunan suci. Wanua berada dibawah rama (pejabat desa) sebagai pembesar mereka dan sudah berkelompok dalam watak atau federasi-federasi regional. Seorang Rakai juga sering membuka tanah untuk dianugerahkan pada komunitas Hindu atau Budha yang pada gilirannya diimbangi dengan balasan berupa pemberian gelar-gelar simbolis terutama gelar maharaja, sebuah gelar tertinggi. Dari sini tampaknya integrasi pedesaan dan konsolidasi kekuasaan pada waktu itu sudah cukup maju. Sebagai penguasa dalam lingkungan daerah seorang rakai kadang menguasai arah kebijakan yang akan dilakukan dalam wilayah kekuasaannya termasuk pengembangan bangunan sucinya. Dalam membangun bangunan suci tidak jarang seorang rakai meniru budaya pusat yang menarik dan sebagian yang lain membangun ciri spesifik tersendiri. ( Sarjiyanto : 2003 ) Jika demikian maka dapat disimpulkan pertama tahun 819 Pengging merupakan daerah otonomi yang diperintah oleh seorang Rakai atau Rakryan bawahan raja Mataram. Kedua

Pengging merupakan kerajaan tersendiri tetapi menjadi sekutu Mataram, jika dilihat dari sisa peninggalan disekitar situs Pengging menunjukkan bahwa Pengging adalah penganut Siswa sama seperti dinasti Sanjaya. Setelah Rakai Pikatan berhasil menyatukan kedua wangsa melalui perkawinannya dengan Pramodhawardhani kerajaan Mataram bersekutu dengan Pengging untuk menghancurkan kekuatan Balaputradewa yang bertahan di Benteng Ratu Boko . dari epigrafi yang tertulis di benteng Ratu Boko menunjukkan bahwa tempat itu didirikan oleh Rakai Panadwara yang beragama Budha tetapi disekitar bangunan terdapat bentuk bentuk yang bercirikan Hindu. Jelas adanya campur tangan kekuasaan Hindu hal inilah yang mendukung teori Penguasa Mataram Hindu berupaya menghancurkan kekuatan Balaputradewa yang beragama Budha, kekalahannya melawan kekuatan sekutu Pengging-Mataram menyebabkan ia harus melarikan diri ke Sriwijaya.

STRUKTUR BANGUNAN

Adapun bentuk bangunan keraton Pengging diperkirakan seperti model keraton Hindu pada umumnya namun berbentuk lebih sederhana mengingat Pengging bukanlah kerajaan besar yang menguasai wilayah pulau Jawa tetapi lebih cenderung seperti raja bawahan penguasa otonomi daerah. Kemungkinan bentuk bangunan keraton Pengging digambarkan dalam bentuk joglo, yang terdiri atas pendhapa, gandhok, pringgitan, senthong, longkang, dan pawon, yang setiap bagiannya mengadung makna simbolis yang diyakini oleh masyarakat jawa. Sekarang ini mungkin hanya dimiliki oleh sedikit orang Jawa "papan atas'' yang masih begitu taat ngugemi (memegang teguh) kejawen-nya. Dalam konsepsi Jawa, rumah adalah satuan simbolis, sosial, dan praktis. pendhapa, bagian depan rumah Jawa, sebagai: pendapa dengan empat saka guru dan delapan tiang penjuru di atas tempat menerima tamu-tamu, sanak kadang, tangga teparo, Yang nggadhuh sawah, ladang, merembuk sesuatu untuk kesejahteraan bersama. ( Darmanto Yatman : 1985 ).

Selain itu secara tata letak ada ruang-ruang yang menjadi ciri keraton yaitu sebuah alun-alun dan Magersari sebagai benteng pertahanan lapis dalam. Dengan jalan jalan kecil sebagai lalu lintas keluarga keraton dengan masyarakat luar. Dari data tersebut sangat sayang apabila situs keraton Pengging ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena dengan memahami peninggalan masa lampau kita dapat menyelamatkan budaya agung sehingga tidak sia sialah pemerintah berupaya meyelamatkan aset budaya ini yang sangat berguna sekali bagi generasi penerusnya. Jika ditinjau dari aspek budaya jelas situs keraton Pengging ini mempunyai peranan yang sangat penting karena terdapat kesinambungan sejarah masa lalu, kejayaan masa lampau dan menjadi spirit bagi anak turunnya untuk selalu berkarya dan berinisiatif mengisi pembangunan ini.


BUPATI PENGGING

Nama asli Handayaningrat adalah Jaka Sengara. Ia diangkat menjadi bupati Pengging karena berjasa menemukan Ratu Pembayun putri Brawijaya raja Majapahit (versi babad), yang diculik Menak Daliputih raja Blambangan putra Menak Jingga. Jaka Sengara berhasil menemukan sang putri dan membunuh penculiknya.

Jaka Sengara kemudian menjadi Adipati/Raja Muda Pengging, bergelar Andayaningrat atau Ki Ageng Pengging I (versi lain menyebutnya Jayaningrat). Kedua putranya menempuh jalan hidup yang berbeda. Kebo Kanigara yang setia pada agama lama meninggal saat bertapa di puncak Gunung Merapi. Sedangkan Kebo Kenanga masuk Islam di bawah bimbingan Syekh Siti Jenar.

Serat Kanda mengisahkan, Handayaningrat membela Majapahit saat berperang melawan Demak. Ia tewas di tangan Sunan Ngudung panglima pasukan Demak yang juga anggota Walisanga. Kebo Kenanga tidak ikut berperang karena takut menghadapi gurunya. Padahal, Syekh Siti Jenar sendiri tidak mendukung serangan Demak.



Rabu, 11 September 2013

Para Pelukis Uang Kertas Indonesia

Seni dan teknik pembuatan yang tinggi diperlukan untuk membuat desain uang, sehingga uang adalah sebuah karya seni.

Siapa yang tak mengagumi keindahan gambar uang Rp.10.000 tahun 1975 atau biasa disebut sebagai uang barong?

Indonesia mulai membuat ilustrasi untuk uang kertas sendiri pada masa Orde Lama. Ilustrasi pertama dilukis oleh Oesman Effendi dan Abdul Salam. Dengan kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi penerbitan dan ilustrasi maka pada tahun 1951 pelukis Oesman Effendi dan ilustrator Abdul Salam dikirim ke Belanda untuk mempelajari cara-cara membuat ilustrasi pada uang kertas, yang nantinya akan diajarkan di tanah air.

Desainer atau perancang uang disebut dengan istilah delinavit.
Sebagian besar uang kertas Indonesia yang terbit antara tahun 1952 hingga 1988 mencantumkan nama desainer uang tersebut. 
Keterangan tersebut dapat dilihat di bagian muka uang, tepatnya di sebelah kiri bawah. Nama desainer tertulis dalam huruf kapital dan diikuti dengan tulisan "DEL.", yang merupakan singkatan dari "Delinavit" alias perancang uang. Dengan demikian kita jadi tahu siapa nama perancang uang yang kita gunakan sehari-hari.

Uang kertas pecahan Rp.5 dan Rp. 0 tahun 1950 pada era Republik Indonesia Serikat, RIS, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1951/1953, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1954/1956, seluruh uang keluaran tahun 1957 yaitu seri hewan, Rp.5 tahun 1958, seluruh uang keluaran tahun 1959 yaitu seri bunga, uang-uang bergambar Presiden Soekarno keluaran 1960, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1961, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1964, Rp.100 dan Rp.500 tahun 1977, Rp.1.000 dan Rp.5.000 tahun 1975, serta Rp.10.000 tahun 1979 tidak dicantumkan nama desainernya.

Di tahun 1980, Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) kembali mencantumkan nama perancang uang di atas uang yang mereka cetak. Dimulai dengan pencantuman nama Sudirno di uang pecahan Rp.1.000 tahun 1980 dan nama AL Roring di uang pecahan Rp.5.000 tahun yang sama. Uang kertas terakhir yang mencantumkan nama desainernya adalah pecahan Rp.500 tahun 1988. Uang yang biasa disebut sebagai uang kijang atau menjangan ini mencantumkan nama Soeripto.

Sayangnya, sejak edisi 1992, uang-uang kertas Indonesia tidak lagi mencantumkan nama perancangnya.

Umumnya, perancang uang adalah pegawai Perum Peruri. Entah apakah mereka awalnya bukan pegawai lalu direkrut karena kepiawaiannya dalam melukis, atau sejak awal memang sudah bekerja di Peruri. Yang jelas, nampak sekali Peruri begitu menghargai hasil karya para perancang uangnya. Bentuk penghargaan itu adalah dengan mencantumkan nama si perancang di bagian muka uang.

Berikut beberapa nama perancang uang Indonesia:
  1. Junalies lahir di bukittinggi, 14 juni 1924. Mulai bekerja di peruri pada 1 agustus 1955 sampai wafat di jakarta 10 september 1976.
    Karya:
    - Seri pekerja, tahun 1958, 1963 dan 1964
    - Seri sandang pangan dan sudirman pecahan 1 dan 2,5 rupiah, dan salah satu masterpiecenya yaitu Rp.10.000 barong tahun 1975 
  2. Sadjiroen
    lahir di kendal 4 maret 1931, mulai bekerja di peruri pada 12 desember 1955 sampai dengan 1 april 1987.
    Karya:
    - Seri Sudirman mulai pecahan Rp5 hingga Rp10.000.
    - Bersama Junalies ia menghasilkan desain uang Rp.10, Rp.50 dan Rp.500 tahun 1958; Rp.10 tahun 1963, serta Rp.50 dan Rp.100 tahun 1964. Entah kebetulan atau tidak, dalam kerja sama keduanya M. Sadjiroen selalu mendapat bagian mendesain bagian belakang uang (reverse), sedangkan Junalies bagian muka (obverse).
  3. Risman Suplanto
    lahir di magelang 13 september 1927 dan mulai bekerja di peruri pada 16 juli 1956 sampai dengan 1 oktober 1984.
    Karya:
    - Pecahan Rp.500 tahun 1977
  4. Heru Soeroso
    lahir di purwokerto 22 desember 1936. Mulai bekerja di peruri pada 26 september 1961.
    Karya:
    - Burung Dara Rp.100 tahun 1984
  5. AL. Roring
    lahir di gombong 15 agustus 1934, mulai bekerja di peruri pada 12 oktober 1964 sampai dengan 1 september 1990.
    Karya:
    - Sisingamangaraja Rp.1000  tahun 1987
    - Pengasah Intan Rp.5000 tahun 1980 
  6. Sudirno
    lahir di pacitan 9 juni 1942 dan mulai bekerja di peruri pada 22 juni 1965.
    Karya:
    - dr. Soetomo Rp.1000 tahun 1980
    - RA. Kartini Rp.10.000 tahun 1985.
  7. drs Soeripto Gan
    lahir di klaten 16 agustus 1946, mulai bekerja di peruri pada 4 november 1965.
    Karya:
    - Uang kertas emisi tahun 1980an
  8. Mujirun
    lahir 26 November 1958, mulai bekerja di peruri pada 1979.
    Karya:
    - Pak Harto Mesem Rp.50.000 1995.
    - Sisingamangaraja XII Rp.1.000 1987
    - rusa Cervus timorensis Rp.500 1988
    - Gunung Anak Krakatau Rp.100 1991
    - Gunung Kelimutu Rp.5.000 1991
    - Ki Hajar Dewantoro Rp.20.000 1998
    - Paskibraka Rp.50.000 1999
    - Kapitan Pattimura Rp.1.000 2001
    - Pulau Maitara dan Tidore Rp.1.000 2001
    - Tuanku Imam Bonjol Rp.5.000 2001 2001
    - Oto Iskandar Di Nata Rp.20.000 tahun 2004.
    - I Gusti Ngurah Rai Rp.50.000 tahun 2009
  9. saat ini di peruri masih ada sekitar 4 orang pelukis uang kertas, sayangnya saya belum memperoleh data tentang mereka dan akan saya update jika ada.
Selain perancang lokal, nama perancang luar negeri pun sempat menghiasi Rupiah. Ini terjadi saat Bank Indonesia masih menggunakan jasa percetakan uang luar negeri. Nama-nama asing tersebut terdapat pada uang-uang terbitan tahun 1952, atau lebih dikenal sebagai Seri Kebudayaan. 
Hal wajar, mengingat Seri Kebudayaan dicetak oleh dua perusahaan asing. Thomas de la Rue (TDLR) asal Inggris mencetak pecahan Rp.5, sedangkan Joh. Enschede en Zonen asal Belanda mencetak Rp.10, Rp.25, Rp.50, Rp.100, Rp.500, dan Rp.1.000.

Pada pecahan Rp. 5 tahun 1952, tercetak nama C.A. Mechelse sebagai perancangnya. Mechelse tak hanya merancang pecahan Rp.5, tapi juga Rp.100 dan Rp.1.000 (reverse). Pada Rp.1.000, bagian depan (obverse) dikerjakan oleh desainer lain bernama F. Masino-Bessi.
Mechelse sendiri tampaknya adalah desainer yang bekerja pada Joh. Enschede en Zonen. Selain uang Indonesia Seri Kebudayaan, namanya juga terdapat di uang Suriname pecahan 10 Gulden 1963 (dicetak oleh Joh. Enschede en Zonen) dan uang Belanda pecahan 50 guilder 1945.
Sedangkan Masino-Bessi merancang 7 uang Italia selama periode tersebut, yakni pecahan 1.000 dan 10.000 lira 1962, 5.000 lira 1964, 50.000 dan 100.000 lira 1967, 1.000 lira 1969, dan 5.000 lira 1971.

Nama perancang asing di rupiah selanjutnya adalah S.L. Hertz asal Belanda yang dikenal dengan naka Sem Hartz. Sama seperti C.A. Mechelse, ia merupakan desainer tetap Joh. Enschedé en Zonen. Ia bergabung dengan perusahaan pencetak uang yang bermarkas di Haarlem ini sejak 1936. Bersama perusahaannya ia telah menghasilkan banyak desain uang, salah satunya Rp10 tahun 1952. Selain uang, ia telah banyak merancang perangko berbagai negara. Nama Hertz juga dikenang sebagai penemu jenis huruf (font) Juliana yang sangat membantu dunia percetakan menghemat banyak tinta.

Proses pengajuan desain uang melalui tahapan yang cukup ketat mengingat tingginya tingkat kerahasiaannya.
Selama ini pembuatan gambar uang itu dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. Lima engraver Peruri diminta untuk menggambar secara manual dengan teknik pen drawing.
Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan ke pimpinan BI. Begitu gambar disetujui, seniman yang membuat baru bisa mengerjakannya.
Engrave pada mata uang adalah salah satu pengaman mata uang, sehingga perlu dibuat serumit mungkin namun tetap menghasilkan gambar yang realistis.
Engrave adalah menggambar diatas plat baja, kemudian ia mengukir gambar mata uang tersebut di atasnya. Prosesnya harus melakukannya secara perlahan, garis demi garis, teliti dan tidak ada kesalahan. Engraver menggunakan pisau baja dan alat ukir khusus berujung mirip huruf V serta alat pembesar gambar di uang kertas. Komposisi gambar seperti gelap terang, bayangan, hingga dimensi, dibedakan dengan ukiran garis pada pelat baja. Proses ini tidak boleh salah sedikit pun. Jika terjadi kesalahan, master cetakan akan rusak dan Engraver harus mengulang proses engrave dari awal.

Teknik Engrave termasuk rumit, menggambar menggunakan pisau dengan teknik cukil. Sepintas mirip teknik mengukir. Namun, teknik Engrave lebih sulit karena diaplikasikan di media yang kecil dengan skala satu banding satu. Bisa dibayangkan tingkat ketelitian dan presisinya.
Waktu pengerjaan uang kertas menghabiskan waktu 3 hingga 4 bulan.

Demikian ulasan tentang para pelukis uang kertas kita. Apabila ada informasi yang lebih lengkap dan akurat, dengan senang hati akan saya tambahkan dalam tulisan ini.

dikutip dari berbagai sumber.

Selasa, 09 Desember 2008

Teknologi Stem Cell, Cara Baru Obati Penyakit Stroke, Jantung dan Diabetes

Ilmuwan bioteknologi kini tengah mengembangkan pemanfataan stem cell (sel punca) sebagai salah satu cara untuk untuk mengobati berbagai penyakit yang dianggap tidak mudah disembuhkan seperti penyakit stroke, jantung diabetes dan sebagainya. Menurut Dr Arief Budi Witarto, peneliti bioteknologi dari LIPI, pemanfaatan stem cell dalam pengobatan klinis ini sangat memungkinkan, karena teknologi stem cell mempunyai kemampuan untuk merubah menjadi berbagai jenis sel sehingga dapat berfungsi menggantikan sel yang rusak.

“Uji klinis kini sudah mulai dilakukan di beberapa negara untuk mengobati bermacam penyakit,” ujar Arief Budi Witarto dalam Diskusi Ilmiah “Perkembangan Bioteknologi Terkini”, hasil kerjasama Fakultas Biologi UGM dan Yayasan Biooteknologi Indonesia (YMBI), Sabtu (22/11) di ruang seminar Fakultas Biologi. Selain Witarto, juga hadir peneliti bioteknologi perikanan UGM, Dr Ir Murwantoko MSi.

Witarto menjelaskan, riset mengenai stem cell sudah dilakukan sejak tahun 1998 dan pada tahun 2005 dilaporkan keberhasilannya meng-klon sel embrio manusia. Di tahun 2007, dari hasil riset diketahui ilmuwan juga berhasil diciptakannya sel punca dari sel dewasa dengan penambahan faktor-faktor protein tertentu. Bahkan di Korea, lanjut witarto, sejak tahun 2005 telah dilakukan uji klinis terapi sel punca menggunakan sumber sel punca dewasa dari sumsum tulang belakang untuk pengobatan stroke dengan hasil begitu memuaskan.


Stem Cell Transplant Succeeds in Curing Kidney Failure in Rats

Mainichi Daily News
21 June 2005

A research team led by the University of Tokyo has succeeded in curing renal failure in rats by transplanting somatic stem cells of kidneys from healthy rats.

The team announced the results of their research in the June 20 issue of a U.S. science magazine, "Journal of Cell Biology."

Somatic stem cells are a type of cell in an organ that can multiply and develop into a variety of other cells of that specific organ. Such cells cannot, however, transform into cells of other organs.

Experts have expressed hope that the method can be applied to cure renal failure in humans, noting that human kidneys have similar somatic stem cells.


Jumat, 05 Oktober 2007

Freegate 6.5 Mampu Menerobos Blokade Internet

(Erabaru.or.id) - Dynamic DNS mengeluarkan Freegate versi 6.5 pada 9 September kemarin yang menggabungkan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan membongkar blokade internet, Freegate 6.5 dirancang oleh pengguna berpengalaman masa kini tergagas dan akan berdaya- guna membongkar blockade. Versi ini juga termasuk update otomatis yang menginformasikan kepada pengguna apabila sebuah versi terbaru dikeluarkan.

Freegate 6.5 dapat di download di https://us.dongtaiwang.com/loc/download.php Selain tampil dengan fasilitas dan fungsi yang lebih baik, Dynamic DNS juga bermitra dengan kelompok-kelompok lain untuk membongkar blokade internet yang dilakukan oleh rejim komunis China:

1. Dynamic DNS akan bekerja sama dengan NTDTV guna menayangkan alamat-alamat website dinamis dalam laporan berita harian lewat TV satelit. Sehingga, bila perangkat lunak diblok atau versi upgrade tidak tersedia, para pengguna dapat langsung menuju website Dynamic DNS dan men-download perangkat lunak versi terbaru.

2. Dynamic DNS telah menghimpun ribuan agen CGI yang dapat digunakan untuk men-download perangkat lunak terbaru yang tentunya membuat blokade semakin sulit dilakukan.

3. Freegate 6.5 dan versi berikutnya akan menyediakan ‘tanda tangan digital’ (digital signature) untuk mengesahkan produk Dynamic DNS. Pengguna internet dapat men-download kunci publik Dynamic DNS dan men-download software melalui perangkat lunak P2P seperti emule atau BT. Setelah itu, perangkat tersebut dapat mendeteksi keaslian software. Para pengguna yang mempromosikan Freegate di internet harus menyertakan digital signature di dalam software. Dynamic DNS akan menyediakan instruksi manual untuk verifikasi tanda tangan GPG.

4. Dynamic DNS telah meluncurkan EasyCapture bagi penggunanya untuk mengumpulkan informasi apabila menjumpai masalah:
https://us.dongtaiwang.com/loc/software/other/EasyCapture-pkg.zip
5. Dynamic DNS akan menyediakan website non-dinamis bagi pengguina untuk men-download perangkat lunak versi terbaru:
https://us.dongtaiwang.com/loc/fg.exe .
Sementara itu, para user direkomendasikan untuk menngunakan berbagai pendekatan alternatif yang disediakan oleh Dynamic DNS untuk membongkar blokade, yang akan di-upgrade terus menerus:
https://us.dongtaiwang.com/loc/howto.php