Kamis, 26 November 2009

Kisah Seorang Wanita Buta

Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita
muda dg tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus.


Dg tangannya yg lain di meraba posisi dimana sopir berada, dan membayar
ongkos bus.


Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong dg tangannya.


Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong, dia duduk.


Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang
tongkat.


Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta.


Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya
untuk selama-lamanya.


Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita
menjadi sirna.


Dia adalah wanita yg penuh dg ambisi menaklukan dunia, aktif di segala
perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungannya.


Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya.



Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti
jiwanya. Hilang sudah masa depan yg selama ini dicita-citakan.


Merasa tak berguna
dan tak ada seorang pun yg sanggup menolongnya
ada yg selalu membisiki hatinya. \"Bagaimana ini bisa terjadi padaku?\"
dia menangis.
Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa.


Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak
apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo\'a dan memohon, dia harus
tahu, penglihatannya tak akan kembali.


Diantara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena
mempunyai suami yg begitu penyayang dan setia, Burhan.


Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di
sebuah perusahaan.


Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya.
Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak
berkurang.


Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam
kedalam jurang keputus-asaan.


Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti
ketika Yasmin belum menjadi buta.


Burhan tahu, ini adalah perjuangan yg tidak gampang.
Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit.


Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya.
Dia berhenti dg terhormat.


Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile.
Dg harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan.


Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar?
Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat
jalan.


Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja
dan ke mana saja sendirian.
Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian?
Berjalan sendirian?
Pulang-pergi sendirian?
Siapa yg akan melindunginya ketika sendirian?


Begitulah yg berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.


Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar.
Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah,
dimana Yasmin musti belajar huruf Braile.


Dg sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yg
dituju. Dg Susah payah dan tertatih-tatih Yasmin melangkah bersama
tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya.


Selesai mengantar Yasmin
dia menuju tempat dinas.
Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan
menjemput Yasmin.
Lengkap dg seragam dinas security.


Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus
diantar; pulang dan pergi.
Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya
mengandalkan dirinya.
Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya.


Dg hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung
dan merasa dibuang.
Sebab bagaimanapun juga Yasmin masih terpukul dg musibah yg di alaminya.


Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu.
Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan.


\"Saya buta, tak bisa melihat!\" teriak Yasmin.
\"Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana?
Kamu telah benar-benar meninggalkan saya.\"
Burhan hancur hatinya mendengar itu.


Tapi dia sadar apa yg musti dilakukan.


Mau tak mau Yasmin musti terima.
Musti mau menjadi wanita yg mandiri.


Burhan tak melepas begitu saja Yasmin.
Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus.


Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte.


Berjalan dg tongkatnya.
Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya,
di manapun dia berada.


Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri,
dg tenang Burhan pergi ke tempat dinas.


Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami
yg begitu setia dan sabar membimbingnya.


Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat
ke manapun dia pergi.
Tak mungkin juga selalu diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga
punya pekerjaan yg harus dilakoni.


Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada
tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja.


Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan
dan suka bekerja dan belajar.


Hari-hari pun berlalu.
Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar,
dg mengendarai bus kota sendirian.


Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata,
\"saya sungguh iri padamu\".


Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya.
\"Anda bicara pada saya?\"


\" Ya\", jawab sopir bus.


\"Saya benar-benar iri padamu\". Yasmin kebingungan, heran dan tak habis
berpikir, bagaimana bisa di dunia ini seorang buta,
wanita buta,
yg berjalan terseok-seok dg tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian
mengisi sisa hidupnya,
membuat orang lain merasa iri?


\"Apa maksud anda?\" Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu.
\"Kamu tahu,\" jawab sopir bus,


\"Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dg seragam
militer selalu berdiri di sebrang jalan.


Dia memperhatikanmu dg harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga
bus.
Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya
tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu.


Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu,
memberimu salut, dan pergi dari situ.


Kamu sungguh wanita beruntung, ada yg memperhatikan dan melindungimu\ ".


Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin.


Walaupun dia tidak melihat orang tsb, dia yakin dan merasakan kehadiran
Burhan di sana.


Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah
memberinya sesuatu yg lebih berharga dari penglihatan.


Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat;
kasih sayang yg membawa cahaya,
ketika dia berada dalam kegelapan.



2 komentar:

Nino Nurmadi , S.Kom mengatakan...

allah huabkar !!!!!!!!!!!!!!!1

tardjono mutarom mengatakan...

luar biasa....