Rabu, 11 September 2013

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gelar : Sri Sultan Hamengkubuwono IX Gelar Lengkap : Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.
Nama Kecil : Bendoro Raden Mas Dorodjatun
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta, Hindia Belanda (Ngayogyakarta Hadiningrat)
Tanggal Lahir : Jumat, 12 April 1912

BIOGRAFI
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan dari Sultan Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya RA Kustilah/KRA Adipati Anum Amangku Negara/Kanjeng Alit.  
Ia lahir pada masa pemerintahan Belanda di Ngayogyakarta Hadiningrat (sekarang Yogyakarta) pada 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem.   
Sebagai keturunan langsung dari Sultan, ia diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 mulai 18 Maret 1940 sampai menghembuskan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 2 Oktober 1988 di Amerika.
Saat itu ia diberi gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.

Di bawah pimpinan Hamengkubuwono IX inilah Yogyakarta banyak mengalami perubahan. Ia sangat berani dan dengan tegas menentang kaum penjajah. Ia bersemangat memperjuangkan nasib rakyat Yogyakarta agar segera meraih otonomi sendiri.

4 tahun waktunya dihabiskan untuk bernegosiasi dengan Dr Lucien Adam selaku Diplomat Senior Belanda. Kemudian, di masa penjajahan Jepang, ia berada paling depan dalam menolak pengiriman romusha dengan taktik mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram.

Hamengkubuwono IX yang jengah terhadap intimidasi haus akan kemerdekaan. Ia lantas mendorong pemerintah RI agar bisa merdeka dan memberi status Istimewa bagi Yogyakarta. Perjuangannya bersama Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia pun terwujud.  
Ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden Soekarno tepat di Hari Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Jabatan itu diembannya hingga akhir hayat, yang dibantu Paku Alam VII selaku Pejabat Gubernur.

Mulai 2 Oktober 1946 sampai 27 Juni 1947, Hamengkubuwono IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet Sjahrir III. Ia diangkat lagi dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II pada 3 Juli 1947 - 11 November 1947, yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.

Di masa ini, Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Hamengkubuwono IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta. 
Jabatan di Kementerian terus dipercayakan kepadanya. Dari Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949) dan Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950). Setelah itu dalam Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951), ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia menggantikan Abdul Hakim.

Konsentrasi Hamengkubuwono IX tidak hanya pada kesejahteraan dan ekonomi rakyat. Di bidang pendidikan, Sultan yang pernah mencicipi bangku Frobel School (setara TK) asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul, Eerste Europese Lagere School (1925), Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931), serta Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi ini juga sangat menaruh perhatian.

Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu founding father Universitas Gadjah Mada sejak mulai pendirian Balai Perguruan Tinggi UGM pada 17 Februari 1946 sampai pendirian UGM pada 19 Desember 1949, hingga berubah menjadi Universitiet Negeri Gadjah Mada sampai menjadi Universitas Gadjah Mada di tahun 1954. Atas usahanya, ia dipilih menjadi Ketua Dewan Kurator UGM tahun 1951.

Di bidang olahraga, mantan Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956), mantan delegasi Indonesia di PBB urusan pariwisata (1963 dan 1968) ini dipercaya menjadi Ketua Federasi ASEAN GAMES (1958) dan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 1968.

Pengalaman dan kecerdasannya juga dimanfaatkan secara penuh di bidang ekonomi ketika kembali di Kementerian menjadi Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pada 5 Juli 1959 dan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 pada Maret 1966.
Jabatan itu kemudian berganti nama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI pertama masa jabatan 25 Juli 1966 - 17 Oktober 1967, yang kemudian digantikan oleg Ali Wardhana.
Hamengkubuwono IX yang juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan pernah menjabat sebagai ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968), dipilih untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden RI ke-2 menggantikan Mohammad Hatta pada 24 Maret 1973 - 23 Maret 1978. Jabatan itu dilanjutkan Adam Malik di periode berikutnya.

Dalam kehidupan pribadinya, Hamengkubuwono IX tercatat pernah 5 kali menikah. Istri pertamanya adalah BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama pada tahun 1940. Kemudian RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA Widyaningrum/Ray Adipati Anum, putri R.W. Purwowinoto pada tahun 1943. Ketiga, Raden Gledegan Ranasaputra/KRA Astungkara, putri Raden Lurah Ranasaputra dan Sujira Sutiyati Ymi Salatun di tahun 1948. Keempat, KRA Ciptamurti, dan yang terakhir Norma Musa/KRA Nindakirana, putri Handaru Widarna di tahun 1976. Dari pernikahan itu, Hamengkubuwono IX dikaruniai 15 putra dan 7 putri.

Tepat tanggal 2 Oktober 1988 malam, Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia (1945-1988) dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama (1940-1988) ini menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center, Amerika.

Jenazahnya lalu dibawa kembali ke tanah air dan dikebumikan di kawasan pemakaman para Sultan Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Riset dan Analisa: Yunita Rachmawati



KARIR
  • Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
  • Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
  • Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 11 November 1947 dan 11 November 1947 - 28 Januari 1948)
  • Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
  • Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
  • Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
  • Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951)
  • Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
  • Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
  • Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
  • Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
  • Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (5 Juli 1959)
  • Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
  •     Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)
  • Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
  • Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
  • Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
  • Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)
  • Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 - 23 Maret 1978)


Ali Sadikin Gubernur DKI Jakarta yang Legendaris

Sampai note ini dibuat, Ali Sadikin adalah Gubernur paling legendaris dalam sejarah Jakarta. Ia hadir di tengah situasi kacau, saat itu Gubernur DKI masih ad interim dan dijabat Sumarno, sementara sebelumnya Gubernur DKI adalah Henk Ngantung, seorang seniman yang amat dikagumi Bung Karno.Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 82 tahun) adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.
Pengangkatan Ali Sadikin dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti perlunya keamanan di Djakarta dan pembangunan Djakarta terus berlanjut. Tapi yang paling penting adalah upaya Bung Karno membentengi dirinya atas hajaran Suharto yang secara sepihak mengumumkan Surat Perintah 11 Maret 1966, atau yang oleh Bung Karno di sebut sebagai SP 11 Maret 1966 dan oleh kelompok Suharto disebut Supersemar.

Kekacauan politik yang sedemikian rupa, ditambah makin melemahnya Sukarno dalam berhadapan dengan Suharto, membuat Sukarno kuatir sendiri atas keamanan Djakarta, selain itu ia juga masih bermimpi untuk tetap menjaga Djakarta sebagai kota yang berbudaya, kota yang hidup sesuai dengan apa yang Bung Karno impikan.
Jelas bagi Bung Karno, bila ia meneruskan Sumarno terus menjabat jadi Gubernur DKI, situasi kota tak akan efektif, saat itu banyak sabotase dan sabotase yang paling kentara adalah sabotase ekonomi, seperti kelangkaan beras.

Di saat itu kemudian Ali Sadikin hadir dalam benak Sukarno, saat dirinya terus ditekan kelompok Suharto dan tekanan Internasional yang dilakukan banyak pers barat, Bung Karno harus bertindak cepat. : Menyelamatkan Djakarta..!! 

Sukarno juga tau bahwa Ali adalah orang yang keras, walaupun ini masih spekulasi bila awalnya Bung Karno hendak menjadikan Yani sebagai Putera Mahkota, maka Ali adalah putera mahkota yang direstui Bung Karno untuk jabatan Presiden 1975. Karena pengangkatan Ali bukanlah persoalan teknis administratif belaka, tapi soal politik tingkat tinggi, terbukti di masa-masa selanjutnya memang Ali Sadikin adalah rivaalitas Suharto paling kuat sepanjang sejarah Orde Baru.Ali Sadikin akhirnya diangkat jadi Gubernur DKI 29 April 1966, Ali yang waktu itu masih menjabat Menteri Perhubungan, langsung bertindak sebagai Gubernur DKI. Pagi itu jam 10.00 di Istana Negara, Bung Karno lantik Ali dan bicara panjang lebar dengan Ali, disinilah kemudian Ali meresapi apa maunya Bung Karno.

Yang paling diingat Ali Sadikin pada pidato Bung Karno ‘ de mens leeft niet van brood allen. De meens leeft niet van brood allen…!!…manusia tidak hidup dari makanan thok..!! tulis itu wartawan… manusia hidup tidak dari makan thok… 
Ali Sadikin diam lama sekali dan memperhatikan mata Sukarno, setelah pelantikan Ali Sadikin tau bahwa dalam keceriaan Bung Karno ada kesedihan mendalam. Saat itu Bung Karno langsung ngajak Ali Sadikin ke ruangan tamu Istana di samping ruang pelantikan, Bung Karno senang dengan kecerdasan isteri Ali Sadikin, Nani Sadikin. Lalu Bung Karno cerita soal Jakarta yang ia impikan. Dalam cerita panjang lebar itu, hati Ali Sadikin bersumpah “Saya akan jaga Djakarta sepenuh hati saya”.

Suharto membiarkan Ali Sadikin, karena ia tidak ingin clash dengan Angkatan Laut, tapi Suharto dengan cerdik memasang Sudomo sebagai pengimbang Ali Sadikin, Sudomo adalah wakil Suharto saat ia menjabat Panglima Dwikora, saat operasi perebutan Irian Barat. Suharto amat mengenal baik perilaku Sudomo dan ia menilai Sudomo adalah orang yang teramat loyal pada dirinya, sepanjang Ali Sadikin masih di Djakarta Sudomo selalu melekat pada pertarungan diam-diam, di pihak lain Suharto memasang Jenderal Sumitro sebagai bagian laing pelingkar Ali Sadikin agar jangan Ali Sadikin keluar garis. 
Dikepung banyak sisi, Ali Sadikin tetap bertahan bahkan ia bisa membuktikan untuk melanjutkan mimpi Bung Karno. Saat Ali Sadikin menghadap Pak Harto, Ali baru tau bahwa anggaran Djakarta di masa Suharto awal berkuasa hanya Rp. 66 juta per tahun..!, bayangkan pikir Ali, ini saja dengan penyelundupan atau perdagangan illegal kalah banyak. Suharto memang akan menyingkirkan diam-diam lewat politik anggaran.Ali Sadikin selanjutnya dikenal dengan panggilan Bang Ali, bersikeras agar jakarta harus mampu mandiri. 

Budget anggaran belanja Rp. 66 juta rupiah setahun itu, 1/3 hasil pungutan daerah dan 2/3nya subsidi. Masya Allah ‘ pikir Bang Ali. Bagaimana mungkin saya melakukan pelayanan dan pembangunan. Ketika melihat kecil anggaran Jakarta saat itu adalah. Ada 3,6 juta warga, yg jumlahnya naik terus krn urbanisasi. Kebutuhan mereka sejak bayi lahir sampai kuburan. 60 % warga Jakarta saat itu tinggal di kampung yg becek dan menyedihkan. Sanitasi buruk, tidak ada fasilitas umum untuk kehidupan baik, bang Ali sangat keras. Hal pertama yang dilakukan membentuk pola budaya kerja di antara pegawai Pemda sendiri.

Ali tak kalah akal, ia harus bermain cerdik, ia rangkul seluruh elemen masyarakat. Agenda kerjanya dilakukan secara bertahap, sesuai dengan permintaan Bung Karno. Ali ingat Bung Karno berkata : Pemimpin sebuah kota harus mengetahui City Planning, harus mengetahui Accynering, harus mengetahui architectuur, harus mengetahui hygiene, harus mengetahui hal sampah, harus mengetahui selokan, harus mengetahui hal-hal pertanian.

Sudah bukan rahasia umum, sebagai Gubernur bang Ali memaki, berteriak bahkan ada yang ditempeleng karena disiplin kerja yang buruk. sudah terbiasa dengar suara menggelegar “ Sontoloyo ““ Goblog “. Kadang dia tulis di disposisi ‘ memang ini warisan nenek moyangnya !.
Tahun segitu ia sudah menyuruh dinas perpajakan kota belajar computer ke Belanda untuk agar bisa menaikan pendapatan pajak.

Motonya’ Service is money, money is tax ‘ sehingga no tax no service. Jangan rakyat mengharapkan dari saya jika tidak mau membayar pajak. Bang Ali saat itu yg menggenjot pajak. Walau bukan pajak pribadi, lewat pajak kepemilikan kendaraan bermotor, sampai pajak berniaga.Ia berani melegalkan judi. dengan payung hukum, UU no 11 /1957 yang memungkinkan Pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Ini terobosan untuk membangun Jakarta . Terlebih dengan anggaran tahunan yang hanya 66 juta rupiah., dan selalu defisit setiap tahunnya . Kelak ketika ia meninggalkan kursi Gubernur, bang Ali mewariskan surplus kas sebesar 115 milyar rupiah.

Maka yang pertama dilakukan Ali Sadikin adalah melakukan perencanaan kota, Ali membentuk kantong-kantong resapan air wilayah DKI di Jakarta Selatan, Ali membentuk gudang-gudang dan wilayah manufaktur di sebelah timur, di Pusat dikonsentrasikan sebagai wilayah keuangan dan jasa, sementara di sebelah Barat wilayah perdagangan dan wilayah Utara dikenal sebagai wilayah pelabuhan.

Titik-titik ini ditentukan Ali dengan cermat, Jakarta Selatan tumbuh sebagai pusat gaya hidup orang Jakarta, Jakarta Timur berkembang sebagai pusat industri, Jakarta Barat banyak berderet-deret toko, sementara Pusat dibangun gedung-gedung baru dan Utara menjadi wilayah pelabuhan yang ramai tapi teratur.

Ali tak punya biaya untuk agenda kerjanya, suatu hari Ali Sadikin naik jeep-nya bersama seorang staf, Ali melihat banyak sekali orang Jakarta berjudi, di pinggir-pinggir warung berjudi. Ali perhatikan itu, dan Ali tau banyak kasino-kasino gelap bertumbuhan di Jakarta, tapi duitnya malah lari ke jago-jago beking, kenapa kasino itu tidak dilegalkan dan diambil pajaknya untuk bangun Jakarta. - Kas Jakarta, kosong ... !! itu yang ia dengar dari ucapan Suharto tempo waktu.

Saat itu ada beberapa tempat judi illegal & dibeking oleh ABRI. daripada gelap, lebih baik dilegalkan dan uang pajak masuk ke kas pemda, bang Ali juga menegaskan judi hanya untuk masyarakat Cina, karena sudah dianggap budaya, juga untuk mereka yang bukan Islam dan orang asing. Hanya saja ekses sampingan banyak warga pribumi yg beragama Islam yang ikut main judi. Bang Ali kesal sekali. Kata Bang Ali. “ kalau umat Islam ikut judi, artinya keIslaman orang itu yang bobrok, bukan Gubernurnya “.
Bang Ali berkata : ini tanggung jawab saya di akhirat. Saya bilang ke Tuhan, ada 300 ribu anak yg tidak sekolah, dan 3 juta warga yg miskin. Kondisi sekolah di Jakarta saat itu, sekolah -sekolah hanya dengan lantai tanah dan dinding bamboo, dengan meja dijejali sampai 5 orang .Bang Ali : Banyak ditemukan penyakit kusta di kota ini, bahkan anak - anak dengan perut buncit, gusi merah dan mata melotot.

Dengan uang judi Bang Ali membangun Jakarta, untuk sekolah dihabiskan 20 milyar, sampai tahun 1974. Sudah 700 gedung sekolah dibangun. Itu belum termasuk fasilitas sosial, puskesmas, perbaikan kampung MHT, membeli bus-bus, memperbaiki shelter. Untuk pembangunan jalan - jalan, menghabiskan biaya 17 milyar, hampir seperempat dari total pengeluaran pembangunan DKI.
Belum lama bang Ali jadi Gubernur , selama 2 hari keliling Jakarta naik bus. Hujan dan ikut berdesak desakan dengan penumpang lain. Saat itu ia tahu runyamnya transportasi Jakarta, orang naik bus dimana saja, turun kapan saja, tidak ada terminal. Ia datang ke Bapenas minta Bus, dapat pinjaman dari Amerika untuk beli bus sebanyak 500. Lalu dengan uang pendapatan dari pajak judi, ia membeli tambahan 2500 bus. Lalu Bang Ali dirikan terminal Lapangan Banteng, Grogol, Cililitan, Blok M , Pulo Gadung dan banyak lagi. Juga shelter bus. Problem lainnya, harga tarif angkutan bus tidak sesuai dan harus dinaikan. Tapi pasti akan diprotes DPRD dan rakyat.
Bang Ali tidak perduli, kalau ingin fasilitas bagus, mesti bayar, enak aja mau murah , Supir-supir bus pernah mengadu ke Bang Ali, karena banyak oknum ABRI tidak mau membayar bus, mereka para supir kerap dipukuli ketika ditagih . Bang Ali menyanggupi dengan persyaratan. Para supir bus tidak boleh memuat penumpang lebih dari 50 orang setiap busnya. Bang Ali lalu membuat surat kepada garnisun dan komandan POM ABRI, bahwa semua ABRI yang naik bus harus bayar.

Bang Ali Gubernur yg kejam pada tukang becak. Perlahan becak dihilangkan. “ Saya tidak mau Jakarta kelak jadi seperti Calcuta, India.Dia juga pernah bersama Komandan Polisi Jakarta, tiba tiba melakukan razia bus - bus, dan menggiring puluhan bus - bus nakal masuk ke polda. Demikian oplet diatur menjalani rute ke arah luar kota saja. Jakarta tidak boleh ada oplet. Mungkin oplet sejenis angkot jaman sekarang.

Bagi Bang Ali, Sudah biasa dia mengatur lalu lintas disekitar Sarinah. Terutama ketika banjir plus bajunya kotor terciprat air genangan . Tahun 1974 ia dan team Jerman sdh buat studi jaringan kereta api Jakarta yg berhubungan, dg arus keluar masuk dari dan ke daerah lain, salah satu peninggalan Bang Ali yang terkenal adalah proyek perbaikan kampung MHT – Mohamad Husni Thamrin. Kampung di Jakarta saat itu tidak ada air bersih, tak ada jalan, MCK diempang-empang, pintu rumah berhadapan dg kakus. Ia datang ke Bapenas, tapi gagasannya ditolak karena menurut Pemerintah Pusat, perbaikan kampung bukan prioritas. Dengan uang judi Bang Ali mulai menggarap lima daerah. Kampung Bali, Jawa, Pademangan, Keagungan dan Kartini. Lalu menyusul kampung lain. Perbaikan meliputi jalan - jalan untuk kendaraan, pembuatan jembatan, got got, bak - bak sampah, fasilitas puskesmas, membangun sekolah, MCK.

Bang Ali Gubernur yg pertama kali buat peraturan bahwa setiap orang yg menebang pohon besar wajib berkonsutasi dg Dinas Pertamanan, suatu hari ia kedatangan Buyung Nasution, ia mendirikan LBH & minta dukungan. Oleh Pemda DKI diberikan bantuan keuangan tanpa ikatan. Alasan Bang Ali, Saya suka dikontrol, banyak masyarakat bawah yang buta hukum tapi butuh bantuan hokum, kadang Bang Ali jengkel dengan Adnan Buyung, sudah dibantu kok malah sering menggugat. Tapi Bang Ali berpikir, toh itu memang tugas LBH . Selain judi, Bang Ali yg melokalisasi WTS , yakni di kawasan Kramat Tunggak. Waktu itu daerah Kramat Tunggak masih jauh dan terpencil, banyak WTS yang berkeliaran di jalan jalan. Saat itu mereka berkeliling dengan becak , sambil menjajakan dirinya. Disebut becak komplit. Ia diprotes ulama, dianggap legalkan prostitusi. Kata Bang Ali, harus diaturr, dengan dilokalisasi, bisa dikontrol dg suntikan berkala. 

Dalam diri Bang Ali terbitlah dua hal: Sikap tegas ala Panglima Marinir dan Keberanian seorang enterpreneur, Bang Ali disiplin menertibkan ibukota, ia keras sekali soal sampah dan selokan, ia pernah turun sendiri di tengah hujan waktu malam mengontrol aliran air di selokan yang mampet karena sampah, dengan tangannya ia menyodok-nyodok lalu mengangkuti sampah sendiri, ia terjun ke lapangan dan menegur siapa-siapa yang tak disiplin dalam kebersihan di Jakarta.
“Saya tak ingin Jakarta jadi tempat sampah, ini tempat terhormat..!!”.

Sementara sikap enterpreneur-nya amat terlihat, Bang Ali harus putar otak bisnisnya agar Jakarta menjadi kota yang menguntungkan. Bang Ali memanggil Ciputra yang di tempo lalu ditugasi Bung Karno bikin Ancol secantik Ipanema, Brazil.
“Pak Ci, bisa percepat pembangunan Ancol”.
 “Siap Pak”. Dan Ancol dalam waktu cepat jadi asset positif pemerintahan DKI.

Bang Ali membangun kebon binatang Ragunan, visi Ali Sadikin amat luar biasa soal kebun binatang ini, ia pengen Jakarta memiliki kebun binatang lengkap dengan studi soal anatomi hewan dan struktur pengembangan satwa. Ragunan sampai saat ini menjadi kebon binatang terbaik di Indonesia. Bahkan menjadi kebun binatang percontohan di Asia Tenggara, sebelum Singapura memiliki garden zoo-nya yang luar biasa.

 Bang Ali amat ingat pesan Bung Karno agar Djakarta menjadi kota berbudaya, 10 Nov 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya, ia bangun Taman Ismail Marzuki (TIM), bagi Bang Ali, TIM ini adalah bangunan antara sebelum membangun pusat kebudayaan yang lebih megah lagi. Bang Ali berhasil menyatukan banyak seniman, membuat senimat punya centrum dimana mereka harus bernaung. Bang Ali meletakkan landasan-landasan dasar budaya sebuah kota, dari TIM ia mengembangkan pusat taman Betawi di Condet, ia membangun kebun-kebun salak di sekitar Condet, ia juga menyuruh agar budayawan-budayawan Jakarta bukan saja bertanding pada level nasional, tapi menyeruak menjadi budayawan Internasional, impian Bang Ali dan Bung Karno adalah segaris: - Djakarta akan jadi centrum Budaya Internasional.Baginya kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita- cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana Induk 20 tahun kedepan. Bang Ali juga yg mengatakan, sebuah kota dilihat berbudaya apa tidak, dengan melihat jumlah museum yg dimiliki. Bang Ali sering ke TIM dadakan, ia senang bergaul dengan seniman, darinya ia memperoleh inspirasi ide kreatif Jakarta. Seniman bilang sekolah seni hanya ada di Bandung, Jogja. Masa di Jakarta tidak ada? Lalu ia mendirikan LPKJ yang menjadi IKJ. Kelak Ide Bang Ali adalah seniman yg lulus dari sekolah ini mengisi ruang kreatif melalui gelanggang- gelanggang remaja di tiap kota madya.  
Di bidang pendapatan kota Djakarta, Bang Ali sangat lihai. Ia membangun Pasar Tanah Abang yang akan jadi pusat perdagangan Jakarta, sampai sekarang Pasar Tanah Abang adalah pusat perdagangan tekstil dunia, terutama sekali dari Afrika menjadikan Tanah Abang sebagai tujuan pembelian mereka, Pasar Tanah Abang terbukti membangkitkan secara berdikari kota Jakarta.
Di bidang promosi perdagangan Bang Ali membangun Jakarta Fair, ini adalah kelihaian Bang Ali dalam membangun struktur bisnis kota. Jakarta Fair bukan saja jadi pusat perdagangan dan jasa banyak pihak, tapi jadi sumber pendapatan ekonomi masyarakat, Jakarta Fair ini adalah kelanjutan dari Pasar Malam Gambir yang dulu amat terkenal di jaman kolonial.

Bang Ali meminta Ciputra melalui Yayasan Jaya Raya untuk membantu pendirian majalah Tempo, karena kelompok jurnalis ini memiliki potensi. Lucunya di nomor pertamamya sudah menyentil Gubernur. Kritik diperlukan. Tapi kritik yg mengada ada saya lawan. Kata bang Ali. Ini konsekuensi jadi Gubernur, kalau tidak mau dikritik, hangan jadi pejabat publik. Bang Ali selalu menganggap kritik punya maksud baik. Ada yang mengkritik soal judi. Dia anggap baik, maksudnya baik, jangan sampai Jakarta jadi kota maksiat. Kata Bang Ali, Saya dikritik jadi Gubernur judi,gubernur maksiat. Biar saja. Mereka tidak paham apa maksud saya.

Bang Ali dikritik tentang night club, Dia bilang. “ Sebagai warga kota industry, dagang, jasa. Orang ada capeknya. Biar mereka menghibur diri. Bang Ali menambahkan, tidak mungkin 5 juta penduduk Jakarta malaikat semua. Night Club, Pacuan Kuda, Anjing, Hailai didirikan untuk lapisan yang lebih berada. Sebagai kota metropolitan untuk masayarakat heterogen. Umar Ismail, karena usaha fimnya seret, minta ijin buat night club. “ Apa benar Pak Umar “ Tanya Bang Ali. Maka berdirilah Miraca Sky Club.

Untuk dunia sastra. Ayip Rosidi datang.Lalu ia panggil Ciputra utk pinjamkan 20 juta utk modal pendirian penerbit “ Pustaka Jaya “. Untuk Pacuan Kuda, Bang Ali mengangkat Alex Kawilarang mantan tokoh Permesta yag paham dengan urusan kuda , kerja sama dengan Australia termasuk melatih joki - joki, membuat pacuan Kuda di Jakarta lebih bagus daripada yg ada di Jepang. Peraturan ditetapkan, yang nonton harus pakai sepatu, jas dan dasi sesuai standar pacuan kuda Internasional, kata Bang Ali.

Bang Ali temperamental, ketika ia melihat supir truk ugal ugalan di jalan, ia langsung menghentikan truk itu, lalu menempeleng supirnya. Buya Hamka dipersilahkan naik helikopter, karena jalan jalan Jakarta dibangun dengan judi. Demikian ia membalas sindiran sang Buya. Pernah juga ketika membangun sebuah proyek DKI. Ia mendapat laporan bahwa pasokan semen terganggu karena pemasoknya nakal, lalu ia memanggil direktur pemasok semen. Setelah dipanggil berkali kali, tidak muncul. Baru pamggilan ke tiga , ia muncul . Ditanya, jawabannya berbelit belit. ‘ PLaakk “ ditampar 3 kali oleh Bang Ali. Barulah dia janji akan menepati pasokan sesuai kontrak. 

Pada 3 tahun pertama, ia bangun 50 lap terbuka, 70 lapangan tenis, 4 kolam renang besar, 25 lapangan basket, 12 gelanggang olah raga. Generasi muda digarap dengan program terpadu pendidikan, kebudayaan, olah raga dan sebagainya.
Maka dibentuk Karang Taruna di tiap kelurahan dan RW . Untuk mereka di bangun Gelanggang remaja di lima wilayah kota dan Balai Rakyat di tiap kecamatan. Untuk Gelanggang Remaja, termasuk kolam renang dan fasilitas olah raga lainnya. Belum termasuk membuat kompleks olahraga SMP/ SMA. Bang Ali juga membangun Gelanggang Olahraga Mahasiswa yg diberi nama Soemantri Brojonegoro di daerah Kuningan, walau dicurigai Pemerintah Pusat sbg akal Ali Sadikin utk mengambil hati mahasiswa, namun pusat menyumbang seperlima dari total biaya. Bang Ali juga membangun jalan jalan di Jakarta. Termasuk jalan Pemuda dan Jalan Pramuka yang mestinya proyek Pemerintah Pusat. Bang Ali tidak pernah melihat ini proyek pusat ini proyek Pemda. Baginya cukup dilihat sebagai proyek yang membawa manfaat bagi Jakarta.

Bang Ali adalah satu satunya Gubernur yg paling peduli dengan film nasional, menurutnya film telah menjadi kebutuhan masyarakat. Pemda DKI membangun pusat perfilman di Kuningan, termasuk Sinematek untuk mendokumentasikan arsip film. Waktu diresmikan Sinematek yg pertama di Asia. Bahkan waktu itu Hongkong dan Jepang belum ada. Pada akhir masa jabatannya telah ada 130 gedung bioskop, bandingkan saat ia pertama menjabat hanya 47 bioskop. Bang Ali mewajibkan semua bioskop untuk memutar film nasional, bahkan setiap film yang baru release, akan dipromosikan di balai kota.
Pajak yang diambil dari film, dikembalikan ke film. Salah satunya adalah mendirikan pusat perfilman di Kuningan. Bang Ali juga kesal dengan BSF (Badan Sensor Film ). Ia berkata " Saya jengkel, BSF bekerja terlalu kampungan". "Yang dipakai BSF norma yg cocok utk Probolinggo, Cibinong dan tidak sesuai dg Jakarta sebagai kota Intermasional" kata Bang Ali. Pemotongan film jangan terlalu banyak. Kalau takut porno, diam di rumah saja, jangan nonton film, kalau banyak yg dipotong, maka penonton rugi dan bioskop rugi. Saya juga rugi karena pajak juga berkurang. Kata Bang Ali jengkel. Lalu Bang Ali minta agar Pemda DKI masuk dalam struktur badan sensor, tapi ditolak . 

Salah satu usaha mencapai keadilan sosial adalah menciptakan kesempatan setiap warga memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang layak. Sampai akhir masa jabatan sdh ada 243 Puskesmas. Disetiap kelurahan harus ada Puskesmas, 2 - 3 Puskesmas dengan masing masing 2 dokter. Pemda DKI membantu RS swasta dan Pemerintah, guna menutupi kekurangan peralatan serta subisidi bagi yang tidak mampu. Bang Ali, menentukan tarif. Kelas satu, Kelas Dua, Kelas tiga, -kelas umum, lalu pegawai negeri dan pensiunan. Kelas empat Gratis .Pemda DKI melakukan proyek Home Nursing, bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pengobatan atau vaksinasi setiap minggu. Home Nursing bikin kesadaran kesehatan diri sendiri / ingkungan. Sampai akhir masa jabatan, telah dididik 700 kader kesehatan.

Pemda DKI juga mempunyai 17 team medis keliling dengan mobil yang masing masing bergerak 4 kali seminggu ke seluruh daerah kota Jakarta. Team medis mobile termasuk pelayanan KB. Ini untuk mengantisipasi kelurahan yang belum memiliki Puskesmas. Untuk kesehatan sekolah, bekerja sama dengan Puskesmas, dibentuk team kesehatan sekolah, termasuk menangani kesehatan gigi. Bahkan untuk murid-murid yang kesehatannya terganggu atau kekurangan gizi, pemda DKI membangun tempat peristirahatan di Cimacan, Cipanas. Bang Ali mendirikan Perhimpunan Donor Darah Jakarta untuk menutupi kekurangan pasokan darah untuk PMI, ini setelah Prof Satrio , ketua PMI datang padanya dan mengeluh bahwa bantuan dari Pemerintah Pusat tidak kunjung tiba. Alasan Pemerintah karena waktu itu PMI bukan bagian dari Dep. Kesehatan. Hanya semacam badan social. Bang Ali buat kesepakatan dengan Polisi, siapa yg buat SIM harus nyumbang darah, kecuali mereka dg surat dokter memang tidak bisa. Ia mewajibkan pegawai Pemda, institusi pendidikan, universitas sampai kedutaan menjadi donor. Akhirnya PMI punya stock darah yang banyak. Sejak tahun 1970 Bang Ali membentuk Palang Merah Remaja ( PMR ) di SLP dan SMA untuk meningkatkan kesadaran remaja.

Bertepatan 10 tahun Bang Ali menjadi Gubernur. Ia meminta Presiden Soeharto meresmikan Balaikota yg bertingkat 23. Ia teringat pesan Bung Karno, supaya jangan membangun gedung yang lebih tinggi di sekitar Monas. Ia teringat mimpi - mimpi Bung Karno yang berkhayal air mancur di tengah kota, hotel hotel megah, tempat rekreasi, museum dan art gallery. Bang Ali selalu menyebut ini ketika meresmikan pasar Senen, Taman Ancol sampai Hotel hotel berbintang. Tentang Ancol, itu ide Bung Karno. Suatu hari ia dipanggil , untuk mengubah daerah rawa dan jin buang anak, jadi tempat wisata. Bang Ali membangun kawasan otorita, seperti Kuningan, Pulomas, Pondok Pinang, Sunter, Proyek Senen, Cempaka putih. 

Bang Ali juga bangun konvension hall pertama di Jakarta. Waktu itu tk menyambut PATA Conference 1974. Karena DKI tidak punya dana, maka ia bekerja sama dengan Ibnu Sutowo Pertamina. DKI menyediakan tanah di pojokan Senayan. The Big Village. Mimpi buat Jakarta sejajar dg kota metropolitan di dunia. Jakarta punya kekhususan yg berbeda dengan kota lain di Indonesia. Bang Ali selalu dicambuk untuk menambah ruang publik , ruang hijau untuk fasilitas warga, yg jumlahnya bertambah terus. 

Sejak1968 dibuat perayaan HUT DKI secara rutin. Perayaan besar-besaran di seluruh kota. Bang Ali terinspirasi oleh Carnaval Rio de Janeiro. Katanya, “ Biar rakyat kecil terhibur, mereka tidak bisa bersenang senang di Night Club. Mereka harus ada hiburan “ , setiap ulang tahu Jakarta, jalanan Thamrin ditutup sampai Monas. Semua warga Jakarta tumpah berbaur disana. Kebiasaan Bang Ali, pada malam 21 ke 22 Juni tepat pukul 24.00, ia bersama istri muncul di panggung berteriak’ Hidup Jakarta ". Bang Ali bilang ia ingin menghibur rakyat yg tinggal di kampung kumuh. Menarik mereka keluar rumah menghirup udara segar dan bergembira. Bang Ali senang jika ada warga yang gelar tiker, sambil makan kacang di pinggiran taman Jalan Thamrin. 

Gagasan membuat tempat hiburan selalu dikembangkan. Taman Ria Remaja, Kebon Binatang, Taman Ancol, Jakarta Fair serta taman-taman kota, bang Ali selalu wanti wanti kepada petugas, jangan mengganggu remaja remaja yang pacaran. “Jangan ganggu mereka “ pesannya. “ kalau hanya sampai berpelukan. Biarkan mereka “ Ketika Bang Ali turun. Kepergiannya ditangisi oleh warga Jakarta. Barang kali ini satu satunya Gubernur yang dicintai oleh warganya. Oleh IAIN Ia dianugrahkan gekar Al Bani yang artinya Bapak pembangunan ibu kota. Ia membantu gedung, perpustakan dan asrama mereka. Ketika awal menjabat jumlah Mesjid di Jakarta 600, dan tahun 1977 sudah menjadi 1070, Jumlah mushola jumlahnya 3500, telah menjadi 4500. Sebagai Gubernur yang melegalisasi judi, pada saat perpisahannya. Bang Ali mendapat penghargaan lencana emas dari ketua MUI Jakarta.

Sardono W Kusumo buat pagelaran “ Yellow Submarine “ Cerita ttg Ali Sadikin membangun tempat ‘ remang remang ‘ tapi juga tempat indah. Bang Ali tersenyum. Sardono tidak bohong, Saya memang harus melayani semua pihak. Bisik Bang Ali. Mahasiswa UI ramai ramai membuat kaos “ Bang Ali you are the best “ serta memakainya ketika mengundang Bang Ali datang ke kampus UI. Spontan anak2 SD, mengurung Bang Ali , Nyanyi , Ini dia Bang Ali kita, orangnya ramah jarang ditemu. Sayang sekali masa telah habis. Orkes remaja, dan musisi mengadakan pagelaran perpisahan. PSSI buat perpisahan dg pertandingan Persija melawan Persebaya.

Bang Ali juga diundang menghadiri pimpinan gereja gereja di Jakarta, yang membuat doa syukur karena keberhasilan memimpin Jakarta. Perpisahan resmi dengan pegawai pemda, dihadiri 15 ribu orang di Istora Senayan, sehingga banyak yg duduk bersila dilantai. Hari perpisahan di Balai kota lebih dipenuhi warga, Ada pemuda membawa gitar, minta ijin bernyanyi di depan Bang Ali, ada yag baca sajak. Pada hari perpisahannya, ada wartawati yang memberi ciuman di pipi, ada mahasiswa yang memberi lukisan, ada ibu datang dari Jogja membawa gudeg, sebagai rasa terima kasih, karena anaknya yang merantau ke Jakarta bisa hidup di kota besar.

Bang Ali diarak dengan sado dari Mesjid Al Azhar ke gedung Walikota Jaksel, rakyat berebut menyalami. Tak terasa air mata Bang Ali basah. Selesai tugas, Bang Ali sebagai Gubermur selama 11 tahun. Ia telah meninggalkan warisan kepada warga Jakarta, yang tidak bisa dilakukan oleh gubernur-gubernur selanjutnya.

Karena itu, wajar sekali jika masyarakat Jakarta sangat merindukan figur ‘Ali Sadikin muda’ untuk memimpin DKI Jakarta ke depan.

Ali Sadikin, meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles, Singapura. Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn), itu meninggal setelah dirawat selama sebulan di RS tersebut. 



Dalam diri Ali terbitlah dua hal : Sikap tegas ala Panglima Marinir dan Keberanian seorang enterpreneur, Ali disiplin menertibkan ibukota, ia keras sekali soal sampah dan selokan, ia pernah turun sendiri di tengah hujan waktu malam mengontrol aliran air di selokan yang mampet karena sampah, dengan tangannya ia menyodok-nyodok lalu mengangkuti sampah sendiri, ia terjun ke lapangan dan menegur siapa-siapa yang tak disiplin dalam kebersihan di Jakarta. “Saya tak ingin Jakarta jadi tempat sampah, ini tempat terhormat..!!”. Sementara sikap enterpreneur-nya amat terlihat, Ali harus putar otak bisnisnya agar Jakarta menjadi kota yang menguntungkan. Ali memanggil Ciputra yang di tempo lalu ditugasi Bung Karno bikin Ancol secantik Ipanema, Brazil. “Pak Ci, bisa percepat pembangunan Ancol”.
 “Siap Pak”. Dan Ancol dalam waktu cepat jadi asset positif pemerintahan DKI. Ali membangun kebon binatang Ragunan, visi Ali Sadikin amat luar biasa soal zoo ini, ia pengen Jakarta memiliki kebun binatang lengkap dengan studi soal anatomi hewan dan struktur pengembangan satwa. Ragunan sampai saat ini menjadi kebon binatang terbaik di Indonesia. Bahkan menjadi kebun binatang percontohan di Asia Tenggara, sebelum Singapura memiliki garden zoo-nya yang luar biasa.
 Ali amat ingat pesan Bung Karno agar Djakarta menjadi kota berbudaya, ia bangun Taman Ismail Marzuki, bagi Ali…TIM ini adalah bangunan antara sebelum membangun pusat kebudayaan yang lebih megah lagi. Ali berhasil menyatukan banyak seniman, membuat senimat punya centrum dimana mereka harus bernaung. Ali meletakkan landasan-landasan dasar budaya sebuah kota, dari TIM ia mengembangkan pusat taman Betawi di Condet, ia membangun kebun-kebun salak di sekitar Condet, ia juga menyuruh agar budayawan-budayawan Jakarta bukan saja bertanding pada level nasional, tapi menyeruak menjadi budayawan Internasional, impian Ali dan Bung Karno adalah segaris : - Djakarta akan jadi centrum Budaya Internasional.

Kisah tragis & misterius dibalik lagu Nina Bobok

Kisah ini dicuplik dari sumber yang tidak diketahui keabsahannya, akan tetapi cerita ini beredar di kalangan penggemar kisah misteri.

Satu lagu dengan bait sederhana yang digunakan banyak orang tua untuk mengantar tidur anak - anaknya. Keliatan tidak ada yang ganjil dari lagu itu, tapi pernahkah anda coba bertanya pada seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut?

Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau - pulau lainnya. Alkisah seorang gadis belia asal Belanda bernama Nina Van Mijk. Gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan musisi di Belanda

Hidup Nina berjalan normal seperti orang - orang Belanda di Nusantara pada umumnya, berjalan - jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara. Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik. Kejadian aneh itu terjadi pada suatu malam badai, petir tak henti - hentinya saling bersahutan. Dari alam kamarnya Nina menjerit keras sekali, diikuti suara vas bunga yang terjatuh dan pecah. Ayah, ibu serta pembantu keluarga Nina mengambur kedalam kamar Nina. Pintu terkunci dari dalam, akhirnya pintu itu didobrak oleh ayah Nina.Dan satu pemandangan mengerikan disaksikan oleh keluarga itu, terlihat diranjang tidur Nina melipat tubuhnya kebelakang persis dalam posisi kayang merayap mundur sambil menjerit - jerit dan sesekali mengumpat - ngumpat dengan bahasa Belanda. Rambutnya yang lurus pirang menjadi kusut tak keruan, kelopak matanya menghitam pekat. Itu bukan Nina, itu adalah jiwa jahat yang bersemayam ditubuh Nina. Nina kerasukan.

Sudah seminggu berlalu semenjak malam itu, Nina dipasung didalam kamarnya. Tangannya diikat dengan seutas tambang. Keadaan Nina kian memburuk, tubuhnya semakin kurus dan pucat. Ibu Nina hanya bisa menangis tiap malam ketika mendengar Nina menjerit - jerit. Ayah Nina tidak tahu harus berbuat apa karena kejadian aneh seperti ini tidak pernah diduganya. Karena putus asa dan tidak tahan melihat keadaan anaknya, ayah Nina pulang ke Belanda sendirian meninggalkan anak dan istrinya di Nusantara. Pembantu rumanya pun pergi meninggalkan rumah itu karena takut. Tinggalah Nina yang dipasung dan Ibunya di satu rumah tak terurus.

Kembali lagi pada satu malam badai, namun aneh, kala itu terdengar Nina tidak lagi menjerit - jerit. Kamarnya begitu hening. Perasaan ibu Nina bercampur aduk antara bahagia dengan takut. Bahagia bila ternyata anaknya sudah sembuh, tetapi takut bila ternyata anaknya sudah....meninggalIbu Nina mengintip dari sela - sela pintu kamar Nina, dan ternyata Nina sedang duduk tenang diatas ranjangnya. Tak berkata apa - apa tapi sejurus kemudian dia menangis sesengukan. Ibu Nina langsung masuk kedalam kamarnya dan memeluk Nina erat - erat dan melepas tali tambang yang melilit tangannya. Sambil menangis Nina berkata

"Ibu.... aku takut...." Lalu ibunya menjawab sambil menangis pula"Tak apa nak, Ibu ada disini. Kamu tidak perlu takut lagi. Ayo kita makan bersama"“Aku tidak lapar, tetapi bolehkah aku meminta sesuatu?”“Apapun nak...! apapun.....!!”“Aku ngantuk, rasanya aku akan tertidur sangat pulas. Mau kah ibu nyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untukku?”Ibu Nina terdiam, agak sedikit tidak percaya dari apa yang didengar anaknya. Tapi kemudian ibu Nina berkata sambil mencoba tersenyum.“Baiklah, ibu akan menyanyikan sebait lagu.”Saya yakin anda sudah tahu lagu apa yang dinyanyikan oleh Ibu Nina. Setelah sebait lagu itu Nina terlelap damai dengan kepala dipangkuan ibunya, wajah anggunnya telah kembali. Ibu Nina menghela nafas lega, anaknya telah tertidur pulas.Tapi.....Nina tidak bergerak sedikit pun, nafasnya tidak terdengar, denyut nadinya menghilang, aliran darahnya berhenti. Nina telah tertidur benar – benar lelap untuk selamanya dengan sebuah lagu ciptaan ibunya sebagai pengantar kepergian dirinya setelah berjuang melawan penderitaan.

Konon katanya ketika anda menyanyikan lagu ini untuk pengantar tidur anak – anak anda yang masih bayi, tepat ketika anda meninggalkan kamar tempat anak anda tertidur. Nina akan datang ke kamar anak anda dan membuat anak anda tetap terlelap hingga keesokan paginya dengan sebuah lagu.

Para Pelukis Uang Kertas Indonesia

Seni dan teknik pembuatan yang tinggi diperlukan untuk membuat desain uang, sehingga uang adalah sebuah karya seni.

Siapa yang tak mengagumi keindahan gambar uang Rp.10.000 tahun 1975 atau biasa disebut sebagai uang barong?

Indonesia mulai membuat ilustrasi untuk uang kertas sendiri pada masa Orde Lama. Ilustrasi pertama dilukis oleh Oesman Effendi dan Abdul Salam. Dengan kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi penerbitan dan ilustrasi maka pada tahun 1951 pelukis Oesman Effendi dan ilustrator Abdul Salam dikirim ke Belanda untuk mempelajari cara-cara membuat ilustrasi pada uang kertas, yang nantinya akan diajarkan di tanah air.

Desainer atau perancang uang disebut dengan istilah delinavit.
Sebagian besar uang kertas Indonesia yang terbit antara tahun 1952 hingga 1988 mencantumkan nama desainer uang tersebut. 
Keterangan tersebut dapat dilihat di bagian muka uang, tepatnya di sebelah kiri bawah. Nama desainer tertulis dalam huruf kapital dan diikuti dengan tulisan "DEL.", yang merupakan singkatan dari "Delinavit" alias perancang uang. Dengan demikian kita jadi tahu siapa nama perancang uang yang kita gunakan sehari-hari.

Uang kertas pecahan Rp.5 dan Rp. 0 tahun 1950 pada era Republik Indonesia Serikat, RIS, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1951/1953, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1954/1956, seluruh uang keluaran tahun 1957 yaitu seri hewan, Rp.5 tahun 1958, seluruh uang keluaran tahun 1959 yaitu seri bunga, uang-uang bergambar Presiden Soekarno keluaran 1960, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1961, Rp.1 dan Rp.2,5 tahun 1964, Rp.100 dan Rp.500 tahun 1977, Rp.1.000 dan Rp.5.000 tahun 1975, serta Rp.10.000 tahun 1979 tidak dicantumkan nama desainernya.

Di tahun 1980, Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) kembali mencantumkan nama perancang uang di atas uang yang mereka cetak. Dimulai dengan pencantuman nama Sudirno di uang pecahan Rp.1.000 tahun 1980 dan nama AL Roring di uang pecahan Rp.5.000 tahun yang sama. Uang kertas terakhir yang mencantumkan nama desainernya adalah pecahan Rp.500 tahun 1988. Uang yang biasa disebut sebagai uang kijang atau menjangan ini mencantumkan nama Soeripto.

Sayangnya, sejak edisi 1992, uang-uang kertas Indonesia tidak lagi mencantumkan nama perancangnya.

Umumnya, perancang uang adalah pegawai Perum Peruri. Entah apakah mereka awalnya bukan pegawai lalu direkrut karena kepiawaiannya dalam melukis, atau sejak awal memang sudah bekerja di Peruri. Yang jelas, nampak sekali Peruri begitu menghargai hasil karya para perancang uangnya. Bentuk penghargaan itu adalah dengan mencantumkan nama si perancang di bagian muka uang.

Berikut beberapa nama perancang uang Indonesia:
  1. Junalies lahir di bukittinggi, 14 juni 1924. Mulai bekerja di peruri pada 1 agustus 1955 sampai wafat di jakarta 10 september 1976.
    Karya:
    - Seri pekerja, tahun 1958, 1963 dan 1964
    - Seri sandang pangan dan sudirman pecahan 1 dan 2,5 rupiah, dan salah satu masterpiecenya yaitu Rp.10.000 barong tahun 1975 
  2. Sadjiroen
    lahir di kendal 4 maret 1931, mulai bekerja di peruri pada 12 desember 1955 sampai dengan 1 april 1987.
    Karya:
    - Seri Sudirman mulai pecahan Rp5 hingga Rp10.000.
    - Bersama Junalies ia menghasilkan desain uang Rp.10, Rp.50 dan Rp.500 tahun 1958; Rp.10 tahun 1963, serta Rp.50 dan Rp.100 tahun 1964. Entah kebetulan atau tidak, dalam kerja sama keduanya M. Sadjiroen selalu mendapat bagian mendesain bagian belakang uang (reverse), sedangkan Junalies bagian muka (obverse).
  3. Risman Suplanto
    lahir di magelang 13 september 1927 dan mulai bekerja di peruri pada 16 juli 1956 sampai dengan 1 oktober 1984.
    Karya:
    - Pecahan Rp.500 tahun 1977
  4. Heru Soeroso
    lahir di purwokerto 22 desember 1936. Mulai bekerja di peruri pada 26 september 1961.
    Karya:
    - Burung Dara Rp.100 tahun 1984
  5. AL. Roring
    lahir di gombong 15 agustus 1934, mulai bekerja di peruri pada 12 oktober 1964 sampai dengan 1 september 1990.
    Karya:
    - Sisingamangaraja Rp.1000  tahun 1987
    - Pengasah Intan Rp.5000 tahun 1980 
  6. Sudirno
    lahir di pacitan 9 juni 1942 dan mulai bekerja di peruri pada 22 juni 1965.
    Karya:
    - dr. Soetomo Rp.1000 tahun 1980
    - RA. Kartini Rp.10.000 tahun 1985.
  7. drs Soeripto Gan
    lahir di klaten 16 agustus 1946, mulai bekerja di peruri pada 4 november 1965.
    Karya:
    - Uang kertas emisi tahun 1980an
  8. Mujirun
    lahir 26 November 1958, mulai bekerja di peruri pada 1979.
    Karya:
    - Pak Harto Mesem Rp.50.000 1995.
    - Sisingamangaraja XII Rp.1.000 1987
    - rusa Cervus timorensis Rp.500 1988
    - Gunung Anak Krakatau Rp.100 1991
    - Gunung Kelimutu Rp.5.000 1991
    - Ki Hajar Dewantoro Rp.20.000 1998
    - Paskibraka Rp.50.000 1999
    - Kapitan Pattimura Rp.1.000 2001
    - Pulau Maitara dan Tidore Rp.1.000 2001
    - Tuanku Imam Bonjol Rp.5.000 2001 2001
    - Oto Iskandar Di Nata Rp.20.000 tahun 2004.
    - I Gusti Ngurah Rai Rp.50.000 tahun 2009
  9. saat ini di peruri masih ada sekitar 4 orang pelukis uang kertas, sayangnya saya belum memperoleh data tentang mereka dan akan saya update jika ada.
Selain perancang lokal, nama perancang luar negeri pun sempat menghiasi Rupiah. Ini terjadi saat Bank Indonesia masih menggunakan jasa percetakan uang luar negeri. Nama-nama asing tersebut terdapat pada uang-uang terbitan tahun 1952, atau lebih dikenal sebagai Seri Kebudayaan. 
Hal wajar, mengingat Seri Kebudayaan dicetak oleh dua perusahaan asing. Thomas de la Rue (TDLR) asal Inggris mencetak pecahan Rp.5, sedangkan Joh. Enschede en Zonen asal Belanda mencetak Rp.10, Rp.25, Rp.50, Rp.100, Rp.500, dan Rp.1.000.

Pada pecahan Rp. 5 tahun 1952, tercetak nama C.A. Mechelse sebagai perancangnya. Mechelse tak hanya merancang pecahan Rp.5, tapi juga Rp.100 dan Rp.1.000 (reverse). Pada Rp.1.000, bagian depan (obverse) dikerjakan oleh desainer lain bernama F. Masino-Bessi.
Mechelse sendiri tampaknya adalah desainer yang bekerja pada Joh. Enschede en Zonen. Selain uang Indonesia Seri Kebudayaan, namanya juga terdapat di uang Suriname pecahan 10 Gulden 1963 (dicetak oleh Joh. Enschede en Zonen) dan uang Belanda pecahan 50 guilder 1945.
Sedangkan Masino-Bessi merancang 7 uang Italia selama periode tersebut, yakni pecahan 1.000 dan 10.000 lira 1962, 5.000 lira 1964, 50.000 dan 100.000 lira 1967, 1.000 lira 1969, dan 5.000 lira 1971.

Nama perancang asing di rupiah selanjutnya adalah S.L. Hertz asal Belanda yang dikenal dengan naka Sem Hartz. Sama seperti C.A. Mechelse, ia merupakan desainer tetap Joh. Enschedé en Zonen. Ia bergabung dengan perusahaan pencetak uang yang bermarkas di Haarlem ini sejak 1936. Bersama perusahaannya ia telah menghasilkan banyak desain uang, salah satunya Rp10 tahun 1952. Selain uang, ia telah banyak merancang perangko berbagai negara. Nama Hertz juga dikenang sebagai penemu jenis huruf (font) Juliana yang sangat membantu dunia percetakan menghemat banyak tinta.

Proses pengajuan desain uang melalui tahapan yang cukup ketat mengingat tingginya tingkat kerahasiaannya.
Selama ini pembuatan gambar uang itu dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. Lima engraver Peruri diminta untuk menggambar secara manual dengan teknik pen drawing.
Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan ke pimpinan BI. Begitu gambar disetujui, seniman yang membuat baru bisa mengerjakannya.
Engrave pada mata uang adalah salah satu pengaman mata uang, sehingga perlu dibuat serumit mungkin namun tetap menghasilkan gambar yang realistis.
Engrave adalah menggambar diatas plat baja, kemudian ia mengukir gambar mata uang tersebut di atasnya. Prosesnya harus melakukannya secara perlahan, garis demi garis, teliti dan tidak ada kesalahan. Engraver menggunakan pisau baja dan alat ukir khusus berujung mirip huruf V serta alat pembesar gambar di uang kertas. Komposisi gambar seperti gelap terang, bayangan, hingga dimensi, dibedakan dengan ukiran garis pada pelat baja. Proses ini tidak boleh salah sedikit pun. Jika terjadi kesalahan, master cetakan akan rusak dan Engraver harus mengulang proses engrave dari awal.

Teknik Engrave termasuk rumit, menggambar menggunakan pisau dengan teknik cukil. Sepintas mirip teknik mengukir. Namun, teknik Engrave lebih sulit karena diaplikasikan di media yang kecil dengan skala satu banding satu. Bisa dibayangkan tingkat ketelitian dan presisinya.
Waktu pengerjaan uang kertas menghabiskan waktu 3 hingga 4 bulan.

Demikian ulasan tentang para pelukis uang kertas kita. Apabila ada informasi yang lebih lengkap dan akurat, dengan senang hati akan saya tambahkan dalam tulisan ini.

dikutip dari berbagai sumber.

Kisah Tentang Terciptanya Aksara Jawa HaNaCaRaKa

Dikisahkan, ada seorang pemuda tampan yang sakti mandraguna, yaitu Ajisaka. 
Ajisaka tinggal di pulau Majethi bersama dua orang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora dan Sembada. Kedua abdi ini sama-sama setia dan sakti. 
Satu saat Ajisaka ingin pergi meninggalkan pulau Majethi. Dia menunjuk Dora untuk menemaninya mengembara. Sedangkan Sembada, disuruh tetap tinggal di pulau Majethi. Ajisaka menitipkan pusaka andalannya untuk dijaga oleh Sembada. Dia berpesan supaya jangan menyerahkan pusaka itu kepada siapa pun, kecuali pada Ajisaka sendiri.

Pada lain kisah, di pulau Jawa ada sebuah kerajaan yang sangat makmur sejahtera yaitu kerajaan Medhangkamulan. Rakyatnya hidup sejahtera. Kerajaan Medhangkamulan dipimpin oleh seorang raja arif bijaksana bernama Dewatacengkar. Prabu Dewatacengkar sangat cinta terhadap rakyatnya.

Pada suatu hari ki juru masak kerajaan Medhangkamulan yang bertugas membuat makanan untuk prabu Dewatacengkar dia sudah pernah mengidangkan aneka jenis makanan. Ketika dia sudah kehabisan ide tentang jenis makanan apa yang belum dihidangkan kepada sang raja, dia menghidangkan hidangan yang dicampur dengan daging manusia. 
Disantaplah makanan itu oleh Dewatacengkar. Dia merasakan rasa yang sangat enak dan berbeda pada masakan itu. Dia bertanya daging apakah itu. Ki juru masak mengatrakan bahwa itu daging mahluk jelmaan yang tidak bisa sembarang disebutkan namanya meskipun kepada prabu Dewatacengkar. 
Dewatacengkar ketagihan dan berpesan supaya memasakkan hidangan daging jenis setiap hari. Dia meminta sang patih kerajaan supaya mencari daging mahluk jelmaan itu dengan segala cara agar bisa disantapnya setiap hari.

Oleh karena terus menerus makan daging manusia, sifat Dewatacengkar berubah 180 derajat. Dia berubah menjadi raja yang kejam lagi bengis. Dia menjadi tidak peduli ketika akhirnya dia tau kalau daging yang disantapnya sekarang adalah daging rakyatnya. 
Rakyatnya pun sekarang hidup dalam ketakutan. Tak satupun rakyat berani melawannya, begitu juga sang patih kerajaan.

Pada saat seperti itu, Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkamulan. Mereka heran dengan keadaan yang sepi dan menyeramkan. 
Dari seorang rakyat, beliau mendapat cerita kalau raja Medhangkamulan gemar makan daging manusia. Ajisaka menyusun siasat. Dia menemui sang patih untuk diserahkan kepada Dewatacengkar agar dijadikan santapan. Awalnya sang patih tidak setuju dan kasihan. Tetapi Ajisaka bersikeras dan akhirnya diizinkan.

Dewatacengkar keheranan karena ada seorang pemuda tampan dan bersih ingin menyerahkan diri. 
Ajisaka mengatakan bahwa dia mau dijadikan santapan asalkan dia diberikan tanah seluas ikat kepalanya dan yang mengukur tanah itu harus Dewatacengkar. Sang prabu menyetujuinya. Kemudian mulailah Dewatacengkar mengukur tanah. 
Saat digunakan untuk mengukur, tiba-tiba ikat kepala Dewatacengkar meluas tak terhingga. Kain itu berubah menjadi keras dan tebal seperti lempengan besi dan terus meluas sehingga mendorong Dewatacengkar. Dewatacengkar terus terdorong hingga jurang pantai laut selatan. Dia terlempar ke laut dan seketika berubah menjadi seekor buaya putih. Ajisaka kemudian dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan.

Setelah penobatan, Ajisaka mengutus Dora pergi ke pulau Majethi untuk mengambil pusaka andalannya. 
Pergilah Dora ke pulau Majethi. Sesampai di pulau Majethi, Dora menemui Sembada untuk mengambil pusaka. Sembada teringat akan pesan Ajisaka saat meninggalkan pulau Majethi untuk tidak menyerahkan pusaka tersebut kepada siapa pun kecuali kepada Ajisaka. 
Dora yang juga berpegang teguh pada perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka memaksa supaya pusaka itu diserahkan. Kedua abdi setia tersebut beradu mulut bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Dan akhirnya mereka berdua bertempur. 
Pada awalnya mereka berdua hati-hati dalam menyerang karena bertarung melawan temannya sendiri. Tetapi pada akhirnya benar-benar terjadi pertumpahan darah. Sampai pada titik akhir yaitu kedua abdi tersebut tewas dalam pertarungan karena sama-sama sakti.

Berita tewasnya Dora dan Sembada terdengar sampai Ajisaka. Dia sangat menyesal atas kesalahannya yang membuat dua punggawanya meninggal dalam pertarungan. Dia mengenang kisah kedua punggawanya lewat deret aksara. Berikut tulisan dan arti dari cerita itu :

Ha Na Ca Ra Ka = ada caraka (utusan)
Da Ta Sa Wa La = mereka bertengkar
Pa Dha Ja Ya Nya = sama-sama kuatnya
Ma Ga Ba Tha Nga = sama-sama menjadi mayatnya